Cyberindonesia.net – Pertandingan cabang olahraga Tarung Derajat telah berakhir di Pekan Olahraga Nasional (PON) Bela Diri di Kudus, Jawa Tengah. Satu nama mencuri perhatian pendiri Tarung Derajat, Sang Guru Achmad Dradjat. Ia adalah Fadhel Tirta Yudha, petarung asal Sumatera Utara.
Bagaimana tidak. Fadhel baru berusia 14 tahun. Tapi, ia berhasil mencatat prestasi memukau di PON Bela Diri. Ia masuk final nomor Seni Gerak Tunggal Putra, dan sukses mempersembahkan medali Perunggu di even nasional pertamanya.
“Persiapan sudah sangat lama, kalau pemusatan hanya seminggu. Tapi tetap latihannya serius,” kata Fadhel dikutip Cyberindonesia.net dari rilis resmi ponbeladiri pada Jumat, 17 Oktober 2025.
Fadhel bangga luar biasa atas preatasinya itu. Sebab, ia telah lama melakukan persiapan dan fokus saat menunjukkan atraksi Seni Gerak. Meski demikian, ia tetap membumi.
“Bangga sih, tapi belum bisa kasih yang terbaik. Tapi senang bisa bawa pulang medali untuk Sumatera Utara,” ujar siswa SMPN 1 Berastagi, Kabupaten Karo, itu malu-malu.
Dalam nomor Seni Gerak, Fadhel tampil percaya diri dan disiplin. Ia mempraktikkan rangkaian jurus dasar, yang menilai kerapihan sikap, penghormatan, serta kombinasi gerakan tendangan, pukulan, dan kibasn, baik dalam posisi menyerang maupun bertahan.
Pada sesi final, Fadhel memukau penonton lewat demonstrasi “Sikap Perahu.” Ini adalah aksi ketahanan tubuh, di mana perutnya diinjak oleh seorang official tanpa menimbulkan rasa sakit.
Aksi tersebut menarik perhatian pendiri Tarung Derajat, Sang Guru Achmad Dradjat. Sang guru kemudian memintanya mengulang demonstrasi pada Clossing Ceremony Cabor Tarung Derajat.
“Saya nggak sakit (perut diinjak). Ini bukan trik, tapi daya tahan tubuh. Kalau di Tarung Derajat namanya sikap perahu. Latihannya ya banyak sit up aja, dan disiplin latihan, semangat pokoknya,” tutur Fadhel polos.
Pelatih Seni Gerak Tarung Derajat Sumatera Utara, Dina May Sarah, menyebutkan bahwa Fadhel memang menjadi andalan kontingen, dan telah lama diprediksi bisa membawa pulang medali.
“Kita sudah yakin karena ia dari usia muda memang sudah ditempa, dan tekniknya sudah di atas rata-rata. Tapi baru kali ini bisa ikut karena usianya sudah pas. Kalau sebelumnya sudah memenuhi syarat usia, mungkin dia sudah turun di PON Aceh–Sumut tahun lalu,” tutur Dina.
Dina optimistis masa depan Fadhel sangat cerah. “Kalau menurut saya, Fadhel hanya kalah di jam terbang. Saya yakin kalau dia diberi kesempatan berlaga lebih sering di even nasional, dia bisa melangkah sampai ke level yang lebih tinggi lagi,” kat Dina.***

