Tegal, Cyeber Indonesia — Kasus dugaan pencabulan terhadap seorang remaja perempuan berinisial FDS di Kota Tegal kembali menjadi perhatian publik. Setelah laporan resmi dibuat ke Satreskrim Polres Tegal Kota oleh sang ibu, VIS, kini hasil pemeriksaan psikologis korban turut mengungkap betapa berat dampak mental yang dialaminya pascakejadian tersebut.
Psikolog dari LAB Sentra Psikologi & Konseling, Laurensia Aulia Basri, menjelaskan bahwa kondisi psikologis FDS menunjukkan tanda-tanda trauma mendalam, depresi berat, serta kecemasan ekstrem akibat pengalaman yang dialaminya.
Laurensia menceritakan, FDS datang ke lokasi pemeriksaan dengan wajah pucat dan ekspresi ketakutan. Meskipun secara fisik tampak normal, dari bahasa tubuhnya terlihat jelas bahwa remaja itu mengalami tekanan psikologis berat.
“Tampilan kondisi fisik Sdri. FDS terlihat normal, walau wajahnya pucat dan lebih banyak diam di awal. Ia masih bisa berjabat tangan dan menyapa, tetapi cenderung tertunduk lemas,” ujar Laurensia, usai pemeriksaan dilakukan di Jakarta pada Selasa (7/10/2025).
Ketika diminta berbicara empat mata tanpa ditemani, FDS bahkan menangis dan menolak untuk ditinggalkan oleh kerabatnya. “Ia tampak ketakutan dan tidak ingin sendirian, menunjukkan adanya rasa tidak aman yang kuat,” tambah Laurensia.
Setelah sekitar 30 menit pendekatan dan komunikasi secara perlahan, FDS mulai menunjukkan sedikit kepercayaan diri dan bersedia menjalani proses konseling tanpa ditemani. Sesi konseling dan pemeriksaan psikologis berlangsung selama dua jam penuh.
Berdasarkan serangkaian tes psikologis, seperti DAT, DAM, dan DASS-21, Laurensia menyimpulkan bahwa FDS mengalami depresi, kecemasan, dan stres pada tingkat sangat berat.
“FDS menunjukkan kecenderungan menahan diri untuk jujur, menutupi perasaannya, dan tidak mudah berbagi hal pribadi dengan orang lain,” jelas Laurensia.
Lebih lanjut, hasil tes menunjukkan bahwa FDS memiliki tingkat kepercayaan diri yang sangat rendah, serta terus dibayangi oleh pengalaman traumatis masa lalunya.
“Ia merasa lemah, tidak yakin akan kemampuan yang dimilikinya, dan kerap merasa tidak berharga. Semua ini merupakan dampak dari pengalaman yang sangat tidak menyenangkan,” imbuh Laurensia.
Sebelumnya, seorang ibu rumah tangga, VIS, melaporkan seorang mahasiswa bernama Renaldo Haryono Kusumo atau Aldo ke Satreskrim Polres Tegal Kota. Aldo diduga melakukan tindakan tidak senonoh terhadap FDS, yang saat itu masih berusia 17 tahun dan duduk di bangku kelas dua SMA.
Menurut keterangan keluarga, dugaan tindak pencabulan itu terjadi pada April 2023. Saat itu, Aldo masih berstatus mahasiswa di Universitas Katolik Soegijapranata. Berdasarkan pengakuan korban, Aldo diduga melakukan bujuk rayu hingga membuat FDS terjebak dalam situasi yang berujung pada tindakan asusila.
VIS mengaku hatinya hancur ketika mendengar langsung pengakuan sang anak mengenai peristiwa kelam itu.
“Sebagai seorang ibu, saya merasa hancur mendengar cerita anak saya. Karena itu saya memutuskan untuk melaporkan kejadian ini ke polisi agar ada keadilan bagi anak saya,” kata VIS dengan nada penuh emosi saat ditemui awak media pada Selasa (30/9/2025).
Sebelum akhirnya berani bercerita kepada orang tuanya, FDS diketahui menyimpan rapat pengalaman itu selama berbulan-bulan. Menurut pengakuan keluarga, korban mengalami ketakutan luar biasa dan tekanan psikologis yang membuatnya enggan berbicara.
Baru beberapa waktu lalu FDS memberanikan diri untuk menceritakan semuanya kepada ibunya. Setelah mendengar pengakuan itu, VIS langsung membawa kasus ini ke ranah hukum dengan harapan pelaku mendapat hukuman yang setimpal.

