Cyberindonesia.net – Kasus tuberkulosis (TBC) perlu penangganan serius. Infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis ini diperkirakan dialami 1.060.000 penduduk Indonesia.
Data menunjukkan terjadi 386 kasus kematian per 100 ribu penduduk. Pemerintah targetkan menurunkan menjadi 65 per 100 ribu penduduk pada tahun 2030.
“TBC menjadi masalah penting. Saat ini baru sekitar 90 persen yang berhasil teridentifikasi dan ternotifikasi,” tutur Wakil Menteri Kesehatan Prof Dante Saksono Harbuwono saat meninjau kegiatan active case finding (penemuan kasus aktif) TBC di Puskesmas Teras, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Jumat, 19 September 2025.
Capaian notifikasi tersebut menunjukkan kemajuan signifikan. Sebab, tahun 2022 notifikasi baru mencapai 56 persen.
“Sekarang sudah naik berkat program percepatan melalui pemeriksaan rutin dan active case finding yang mampu menemukan kasus aktif yang sebelumnya tidak terdeteksi,” ucap Dante.
Ia menyebutkan banyak kasus TBC tidak terdiagnosis karena gejalanya mirip penyakit ringan. “Ada pasien yang semakin kurus atau nafsu makan menurun, sering disangka sakit maag biasa, padahal TBC,” ujar Dante.
Karenanya, Pemerintah terus menggencarkan upaya penanggulangan TBC melalui program pemeriksaan kesehatan gratis dan penemuan kasus aktif.
Inovasi yang mulai diterapkan adalah pemeriksaan TBC menggunakan rontgen secara massal. Ke depan, pemerintah pusat merencanakan penyediaan alat rontgen untuk seluruh kabupaten/kota di Indonesia.
“Kalau anggaran mencukupi, setiap dari 514 kabupaten/kota akan mendapatkan alat rontgen,” kata Dante.
Alat ini akan digunakan secara bergilir ke kecamatan-kecamatan dan diberikan gratis untuk masyarakat dalam rangka pemeriksaan kesehatan maupun active case finding TBC.
Selain rontgen, deteksi dini TBC juga dilakukan melalui pemeriksaan fisik dan formulir skrining. Dengan kombinasi metode ini, diharapkan dapat menekan kasus TBC secara signifikan.***