Cyberindonesia.net – Kementerian Pertanian (Kementan) terus memperkuat upaya strategis dalam mendukung kemandirian benih, memperkuat industri gula nasional, dan meningkatkan nilai tambah produk perkebunan untuk pasar ekspor.
Hal ini diwujudkan melalui kunjungan kerja Direktorat Jenderal (Ditjen) Perkebunan ke Nursery Batang, Pabrik Gula Sragi di Pekalongan, serta unit usaha eksportir gula kelapa kristal organik di Banyumas, Provinsi Jawa Tengah, Senin, 8 September 2025.
Plt Dirjen Pwrkebunan Abdu Roni Angkat menyampaikan bahwa keberadaan Nursery Batang menjadi kunci untuk memastikan keteraediaan benih kelapa bermutu.
“Nursing Batang ini bukan hanya menghasilkan benih unggul, tetapi juga berperan penting dalam menjaga kemurnian varietas dan pelestarian sumber daya genetik,” ujarnya.
“Kami memiliki tiga kebun induk seluas enam hektar yang ditanami varietas Pandang Wangi, Genjah Entog Kebumen, dan Kelapa Dalam Bido. Dengan penanaman yang dimulai pada Desember 2023, kami optimis mampu memenuhi kebutuhan benih berkualitas secara berkelanjutan,” ujar Roni melanjutkan.
Diketahui, nursery yang berlokasi di Desa Beji, Kecamatan Tulis, Kabupaten Batang, dibangun pada tahun 2021. Nursery ini mulai berproduksi pada 2022.
Saat ini, Nursery Batang telah memproduksi 120.000 batang benih kelapa, dengan 71.122 batang telah tersertifikasi dan 58.903 batang di antaranya telah disalurkan kepada petani.
Selain dari sektor perbenihan, turut dilakukan juga pemantauan di Pabrik Gula Sragi Pekalongan sebagai bagian dari komitmen memperkuat industri gula nasional. Pabrik gula ini berperan penting dalam menyerap tebu dari petani sekitar, menjaga stabilitas pasokan gula, dan mendukung program pemerintah dalam meningkatkan produktivitas tebu.
Sebagai upaya memastikan kesiapan hilirisasi gula, Kementan melalui Ditjen Perkebunan melakukan pengecekan menyeluruh dari hulu hingga hilir, mencakup peninjauan benih kelapa, proses produksi, hingga distribusi gula.
“Revitalisasi pabrik gula dan pendampingan petani tebu menjadi prioritas Kementan. Dengan sinergi ini, kami berharap dapat meningkatkan rendemen tebu, memperkuat posisi petani, serta mempercepat pencapaian target swasembada gula konsumsi,” tutur Roni.
Selanjutnya, di sektor hilirisasi, Kementan juga mendorong pemberdayaan petani gula kelapa kristal di Desa Pageraji, Kabupaten Banyumas. Desa yang sebelumnya menghadapi berbagai tantangan perekonomian, kini mengalami transformasi signifikan dalam lima tahun terakhir.
Berkat inisiatif pemuda desa, dibentuk Java Agro Mandiri (JAVARI) pada 2018 sebagai unit pemasaran dan Koperasi Abhinaya Karya Mandiri (BHINARI) pada September 2023 sebagai wadah kelembagaan komunitas petani. Hal ini memberikan dampak positif bagi keberlangsungan pemenuhan kebutuhan masyarakat.
Sebagai informasi, hingga kini, 490 KK petani telah bergabung menjadi anggota koperasi. Dengan pendampingan dan penerapan standar organik internasional, produk gula kelapa kristal dari Pageraji kini berhasil menembus pasar ekspor ke lebih dari tujuh negara, antara lain Australia, Afrika Selatan, Spanyol, Yunani, Hungaria, Czech Republik, dan Malaysia, dengan rata-rata ekspor mencapai 80 ton per bulan.
“Kami mendukung upaya Koperasi BHINARI dalam meningkatkan standar produksi dan upaya pemberdayaan petani seperti yang dilakukan komunitas Pageraji,” kata Roni.
Langkah ini penting untuk memperkuat posisi petani gula kelapa dalam rantai pasok global, mengurangi kemiskinan ekstrem, dan mendorong kesejahteraan masyarakat desa. Sedangkan produk komunitas Pageraji kini telah memenuhi standar Uni Eropa dan Amerika Serikat.
“Ini sejalan dengan visi kami menjadikan produk perkebunan Indonesia berdaya saing tinggi di pasar global,” ujar Roni.
Terpisah, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyampaikan apresiasi tinggi atas inisiatif dan sinergi kuat antara pemerintah, petani, pabrik gula, dan pelaku usaha dapat mendorong transformasi ekonomi desa sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani.
Mentan Amran menegaskan komitmennya untuk meningkatkan produktivitas tebu nasional sebagaimana asta cita Presiden RI Prabowo Subianto yang menargetkan swasembada gula nasional beberapa tahun ke depan.
“Ini perintah langsung dari Bapak Presiden. Kita harus segera swasembada gula konsumsi. Maksimal 2030, kita benar-benar harus mandiri,” katanya.
Mentan Amran berharap keberhasilan ini menjadi contoh inspiratif bagi daerah lain, dan inisiatif ini menjadi model pemberdayaan petani yang berkelanjutan. Di mana sinergi antara pemerintah, koperasi, dan komunitas lokal dapat menghasilkan produk perkebunan bernilai tambah, berdaya saing tinggi serta memperluas pasar ekspor.***


