Haidar Alwi: Mafia Pangan Ancaman Serius, Teknologi dan Peran Polri Jadi Kunci

Jakarta19 views

Jakarta, Cyber Indonesia – Isu mafia pangan kembali menjadi perbincangan setelah Presiden Prabowo Subianto menegaskan adanya manipulasi distribusi beras yang berdampak langsung pada kehidupan rakyat. Menanggapi hal tersebut, R. Haidar Alwi, pendiri Haidar Alwi Care dan Haidar Alwi Institute, menilai pernyataan Presiden merupakan alarm serius yang harus ditindaklanjuti secara cepat dan terukur oleh seluruh pemangku kebijakan.

Menurut data resmi, lebih dari 92 persen stok beras nasional dikuasai oleh pihak swasta, sementara pemerintah melalui Bulog hanya memegang sekitar 8 persen atau 4 juta ton dari total produksi. Ketimpangan inilah yang membuat langkah intervensi pemerintah sering terbatas dan rawan dimanfaatkan oleh mafia pangan.

Haidar menegaskan, pemberantasan mafia pangan tidak bisa hanya dibebankan pada Presiden atau Bulog. Ia menilai seluruh kementerian dan lembaga harus bergerak.

“Kalau semua bergerak serentak, mafia pangan akan kehilangan ruang, termasuk bagi oknum pejabat atau aparat yang bermain di balik kebijakan,” kata Haidar pada awak media, Minggu (17/8/2025).

Ia mengingatkan, praktik mafia pangan sering berwujud manipulasi data panen, izin impor yang diperdagangkan, hingga kebocoran stok Bulog ke tangan swasta. Pola ini, kata Haidar, terus berulang karena lemahnya pengawasan dan dominasi pasar oleh segelintir kelompok.

“Saya kira Negara harus membangun sistem pangan modern berbasis teknologi digital sekaligus memperkuat peran rakyat. Mukin perlu mengusulkan pembentukan Bank Data Pangan Nasional berbasis artificial intelligence (AI) dan blockchain agar seluruh transaksi padi dan beras tercatat secara real time dan tidak bisa dimanipulasi,” ungkapnya.

Bulog, lanjutnya, juga perlu bertransformasi menjadi Bulog 4.0 dengan sistem distribusi transparan. Setiap karung beras diberi QR code yang memuat informasi asal gabah, lokasi penggilingan, hingga jalur distribusi. Dengan begitu, kebocoran stok maupun penyelundupan bisa segera dilacak.

“Kalau distribusi sudah transparan dan digital, mafia akan kehilangan senjata utamanya: bermain di area gelap,” ujar Haidar.

Haidar juga mendorong penguatan koperasi pangan digital berbasis desa agar petani dapat menjual hasil panen langsung ke Bulog atau pasar tanpa perantara. Hal ini akan meningkatkan keuntungan petani, membuat harga beras lebih terjangkau bagi masyarakat, sekaligus mempersempit ruang tengkulak dan mafia.

Ia juga mengatakan pentingnya Cadangan Beras Desa (CBD) Mandiri. Dengan adanya lumbung modern di setiap desa, masyarakat tidak harus menunggu pasokan pusat ketika harga melonjak atau terjadi gagal panen.

“Jika desa kuat dengan lumbung mandiri, mafia pangan tidak punya ruang untuk menekan rakyat,” tegasnya.

Haidar menilai peran Polri melalui program Presisi menjadi angin segar. Tidak hanya menjaga keamanan, Polri juga hadir langsung dalam menjawab tantangan pangan. Program penanaman jagung di berbagai daerah terbukti menutup ratusan ribu hektare lahan, menghasilkan jutaan ton panen, dan meningkatkan produksi nasional hingga lebih dari 9 persen.

Kesungguhan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dalam program ini, menurut Haidar, sejalan dengan agenda kedaulatan pangan nasional Presiden Prabowo Subianto. Bahkan, ia menilai keberhasilan Polri di sektor jagung bisa diperluas ke komoditas padi.

“Mukin dengan pengawasan ketat Polri, jalur distribusi beras bisa lebih transparan, permainan harga dapat diputus, dan rakyat kecil akan merasakan harga yang lebih wajar,” jelasnya.

Haidar menilai, kiprah Polri di bawah Jenderal Listyo Sigit telah membawa perubahan besar. Dari menjaga keamanan hingga menggerakkan ekonomi rakyat melalui pangan, Polri kini tampil sebagai institusi yang benar-benar dekat dengan rakyat.

“Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo layak disebut sebagai Kapolri terbaik sepanjang masa versi Haidar Alwi Institute,” ungkap Haidar.

Menurutnya, ketika Polri mampu menjaga keamanan sekaligus menggerakkan ekonomi pangan rakyat, di situlah terlihat bukti nyata polisi humanis yang bekerja untuk bangsa. “Jenderal Listyo Sigit Prabowo telah memberi teladan itu,” pungkasnya.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *