Cyberindonesia.net – Kebudayaan daerah bukan sekadar bagian dari kekayaan bangsa tetapi jantung identitas nasional. Karena itu, Budaya dan Adat Istiadat Lampung harus bisa menginvasi nasional dan dunia sehingga keberadaannya juga bermanfaat untuk pembangunan ekonomi.
“Forum menjadi ruang penting memperkuat kesadaran kolektif, bahwa budaya adalah kekuatan sehingga keberadaannya memberikan dampak ekonomi. Budaya Lampung harus bisa menginvasi nasional dan dunia,” ucap Kepala Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik (Diskominfotik) Lampung Ganjar Jationo dalam Diskusi Kebudayaan yang dihelat Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Provinsi Lampung di Ballroom Hotel Emersia, Senin, 11 Agustus 2025.
Ganjar mencontohkan kesuksesan budaya Jepang menginvasi dunia. Dahulu sekali, 20 tahun lampau, makanan mie Ramen sangat asing sekali. Kini, jadi makanan laris di Amerika.
“Di Jogja, Bakmi Jogja sudah tidak populer lagiĀ kalah dengan Ramen,” ujar Ganjar.
Begitu juga anime. “Animasi khas Jepang kini mengandrungi anak-anak Indonesia,” ujarnya lagi.
Untuk itu, melalui Diskusi Kebudayaan dengan tema “Budaya Daerah sebagai Identitas Nasional,” Ganjar menggelorakan forum tersebut menjadi ruang refleksi bersama bahwa kebudayaan bukan semata warisan, melainkan sumber daya strategis untuk membentuk masa depan bangsa yang berdaulat secara nilai, berkepribadian dalam pembangunan dan bermartabat dalam pergaulan dunia.
Menurut Ganjar, pemanfaatan media massa dan media sosial menjadi bagian krusial dalam arus pelestarian dan penguatan budaya lokal.
“Media bukan sekadar penyampai pesan, tetapi juga cermin dan pengarah nilai-nilai. Maka, membangun masyarakat yang melek budaya dan cakap bermedia adalah langkah strategis untuk memastikan nilai-nilai luhur tetap mengakar sekaligus menjangkau dunia global,” tuturnya.
Ganjar menjelaskan, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung menempatkan kebudayaan sebagai pilar utama dalam visi pembangunan daerah.
Melalui berbagai kebijakan dan program, pemprov terus mendorong pelestarian cagar budaya, penguatan bahasa dan seni daerah, pengembangan museum, festival, serta ekosistem ekonomi kreatif berbasis budaya.
“Semua ini diarahkan untuk memperkokoh identitas lokal, membina karakter generasi muda, dan mendorong pertumbuhan ekonomi rakyat secara berkeadilan,” ucapnya.***