400 Ribu Anak Putus Sekolah: 38% Tak Lanjut ke SMA, Yang Kuliah Cuma 20% Lulusan

Cyberindonesia.net – Mengejutkan! Ternyata, sebanyak 400 ribu anak putus sekolah. Dari jumlah itu, 38 persen memutuskan tidak melanjutkan ke sekolah menengah atas (SMA).

Bukan cuma itu. Lulusan SMA yang melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi juga terbilang minim sekali. Hanya 20 persen.

Fakta mengejutkan tersebut diungkapkan oleh Gubernur Lampung Rahmat Mirzani Djausal saat membuka acara Edu-Day di Ballroom Novotel Lampung, Kota Bandar Lampung, Selasa, 6 Mei 2025.

Acara yang mendorong pengembangan pendidikan pesantren berorientasi kemandirian ekonomi tersebut hasil kerja sama Penerbit Buku Erlangga, dan Jam’iyyah Perempuan Pengasuh Pesantren dan Mubaligogh (JPPPM) Provinsi Lampung.

Kiyai Mirza — sapaan akrab Gubernur Lampung — mengungkapkan keprihatinannya atas tingginya angka putus sekolah tersebut. Artinya kondisi generasi masa depan bangsa mengkhawatirkan.

“Saya melihat data ini, kalau 400 ribu anak murid SD, SMP, SMA umuran tidak sekolah, maka generasi kita itu kacau. Bagaimana tidak sekolah? Hanya 62 persen yang lulusan SMP itu masuk SMA, hanya 20 persen yang melanjutkan ke perguruan tinggi,” ucap Kiyai Mirza.

{“remix_data”:[],”remix_entry_point”:”challenges”,”source_tags”:[“local”],”origin”:”unknown”,”total_draw_time”:0,”total_draw_actions”:0,”layers_used”:0,”brushes_used”:0,”photos_added”:0,”total_editor_actions”:{},”tools_used”:{“resize”:1},”is_sticker”:false,”edited_since_last_sticker_save”:true,”containsFTESticker”:false}

Bersyukur, kata Kiyai Mirza, keberadaan pondok pesantren selama ini telah berperan penting dalam menampung anak-anak yang tidak memiliki kesempatan bersekolah. Langkah ini secara signifikan meringankan beban pemerintah.

“Pesantren ternyata selama hampir dua dasawarsa ini telah membantu meringankan tugas pemerintah. Bayangkan 80 ribu orang setiap tahun berpotensi menjadi beban pemerintah,” tuturnya.

Kiyai Mirza juga mengapresiasi pesantren yang mulai mengembangkan kemandirian ekonomi melalui integrasi sektor pertanian (farming), perdagangan, dan koperasi.

Ia mendorong pesantren untuk memanfaatkan program Koperasi Merah Putih dan menyatakan kesiapan pemerintah provinsi untuk menjalin kolaborasi dengan dunia usaha dalam mendukung inisiatif-inisiatif tersebut.

Perwakilan Erlangga Cabang Lampung Linggom Napitupulu menyampaikan harapannya agar kegiatan Edu-Day dapat menjadi wadah kolaborasi antara pihaknya dengan pondok pesantren. Tujuannya adalah untuk menciptakan generasi muda yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki akhlak mulia, berbudaya, dan memiliki wawasan kebangsaan yang kuat.

Ketua JPPPM Provinsi Lampung Heni Insiah Bukhori menjelaskan bahwa Edu-Day merupakan agenda rutin tahunan organisasi yang fokus pada pengembangan program-program pesantren serta peningkatan kapasitas para pengasuhnya.

Ia juga menyampaikan terima kasih kepada Pemerintah Provinsi Lampung atas dukungan yang telah diberikan selama ini.

“Terima kasih kepada pemerintah atas dukungan dalam pengembangan program. Dukungan pemerintah daerah krusial untuk keberlangsungan dan maksimalisasi program,” kata Heni.

Acara tersebut juga diwarnai dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Penerbit Erlangga dan JPPPM Provinsi Lampung. Langkah ini merupakan wujud komitmen bersama untuk memajukan kualitas pendidikan di lingkungan pesantren. (***)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *